Dua minggu lalu saya ikutan lagi kelas persiapan nikah.
Ikutan kelas nikah
mulu, Min. Jadi nikahnya bulan apa?
Duh please, yang masih melempar pertanyaan ini, mendingan
sampai sini aja deh baca tulisan saya. It is that annoying, lho.
---
I come from a broken home family. It is that hard for me to
be in a committed relationship with someone. Ya apalagi kalo bicaranya
pernikahan. Makanya saya banyak banget baca artikel dan diskusi dengan Mas
Pacar tentang menikah. Bahkan pernah juga ikutan kelas Pesta Nikah Surplus.
Semuanya udah pernah saya rangkum dalam tulisan ini.
Dan kemarin adalah kali kedua saya ikutan kelas persiapan
nikah.
Kelas ini cukup berbeda. Yang mengadakan ex-teman kantor
teman baik saya. Namanya Kak Shanti. Pernah jadi teman curhat saya panjang
lebar soal karier. Kak Shanti ini juga salah satu relawan komunitas KeluargaKita, yang dari namanya aja kita semua bisa mengasumsikan isinya kumpulan
ibu-ibu curhat tentang cara mengasuh anak. Nah kelas persiapan nikah yang akan
dibawakan Kak Shanti kali ini malahan merupakan bagian dari materi Keluarga
Kita. What?? Materi ibu-ibu disampaikan ke lajang macam saya gini??
Sabtu pagi itu saya datang ke Warunk Upnormal Fatmawati.
Agak telat, tapi untung belum mulai. Pesertanya ramai banget dan didominasi
mbak-mbak macam saya ini. Ternyata lumayan banyak yang masih pacaran/single.
Tapi ada juga yang sudah menikah dan punya anak. Kak Shanti lalu mulai
memperkenalkan kurikulumnya (karena ternyata ini kelas bentuknya series gitu
guys).
Di hari itu temanya adalah Manajemen Emosi Diri. Asedap.
Complicated banget ya judulnya.
Jadi begini guys, manajemen emosi (atau bahasa gampangnya:
ngatur emosi) adalah kunci keharmonisan suatu hubungan. Nah ketika kita bicara
hubungan, itu engga melulu konteksnya hubungan dengan pacar/suami ya. Tapi
hubungan dengan keluarga, orang kantor, teman, dll. Perlu diketahui bahwa
memulai hubungan itu diawali dengan mengenali diri kita sendiri. Yang ketika
sudah kenal, kita jadi dapat memberikan respon yang tepat kepada orang
tersebut.
Lalu, kalian sadar engga sih, bahwa diri kita itu terbentuk
atas 4 hal yang engga bisa kita kontrol?Saya coba jelaskan satu per satu yaa.
Pola Pengasuhan Di Masa Lalu
Akui deh, ada sebagian dari kita yang ingin
mengikuti cara orangtuanya mengasuh diri kita, ada juga yang engga. Nah ini
penting banget untuk mengenali apa aja sih pola asuh, cara berkomunikasi, nilai
hidup, dll yang kita suka dan tidak suka. Ikuti yang kita suka, tinggalkan yang
engga kita suka. Simple.
Pergaulan Dengan Dunia Luar
Ini maksudnya bagaimana lingkungan di luar
keluarga ini mempengaruhi diri kita.
Perubahan Zaman
Ini sih paling berasa ya. Gadget itu
mengubah cara kita mendefinisikan berkomunikasi, belajar, dan banyak lagi. Yang
kadang nih, sering engga cocok dengan cara lama yang dulu biasa ortu kita
pakai.
Keunikan Temperamen
Ini sih menurut saya yang paling jleb. Setiap
orang terlahir dengan sifat yang berbeda-beda. And that what makes us, us.
Misalnya ada orang yang dicap stubborn, ada yang dicap cengeng. Well, setiap
dari kita punya pilihan lho untuk melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang
negative, atau malah positif.
Kelas ini unik. Kak Shanti bukan ‘guru’ yang memberikan
materi. Guru di sesi ini adalah video dari Mbak Elaa. Lucu ya, pembahasan
begini yang biasanya buat ibu ibu PKK ternyata nyambung juga ke mbak mbak
lajang macam kami ini. Keren deh yang bikin materinya.
Terus Kak Shanti
ngapain dong?
Dia memfasilitasi diskusi. Setelah melihat video, kita
diajak bareng barenga sharing tentang topik di video. Seru juga mendengar
cerita, curhat, keluh kesah, perspektif orang lain dalam konteks yang sama:
manajemen emosi diri. Saya kira masalah hidup saya udah paling berat, ternyata
ada yang lebih berat. Saya kira pengalaman galau saya tahun lalu hanya dialami
oleh diri saya sendiri, tapi ternyata ada orang yang sedang mengalami hal yang
sama dengan saya juga saat ini.
Selesai kelas, saya memutuskan untuk sendirian. Memberikan
waktu bagi diri saya untuk berefleksi.
Saya disadarkan suatu hal pada hari itu. Inti dari kesiapan
kita menikah bukan dari budget resepsi, diskusi dengan pasangan perihal mau
punya anak berapa, dsb. Sejatinya kesiapan menikah itu harus dimulai dari beres
dengan diri sendiri.
Beres dengan bagaimana kita mengenal diri, merencanakan
hidup, menyelesaikan permasalahan yang lalu. Baru kita siap untuk membuka diri
dengan orang baru.
Jadi, sudah beres dengan diri sendiri?
[1] youtube - videodl.cc
ReplyDeleteyoutube - youtube to mp3 cc youtube-youtube- youtube videos. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube. youtube.